Laporan Praktikum Ilmu Ternak Unggas

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TERNAK UNGGAS

logo 

 

DisusunOleh :

Kelompok XXXIV

Nurus Sobah

13/349268/PT/06587

Asisten : Ardian Priyono

 

 

 

LABORATORIUM ILMU TERNAK UNGGAS

BAGIAN PRODUKSI TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

HALAMAN PENGESAHAN

 

            Laporan praktikum Ilmu Ternak Unggas disusun guna memenuhi salah satu syarat menempuh mata kuliah Ilmu Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

            Laporan praktikum Ilmu Ternak Unggas telah disahkan oleh asisten pendamping pada tanggal      Desember 2014.

 

Yogyakarta,     Desember 2014

Asisten Pendamping

 

 

 

Ardian Priyono

DAFTAR ISI

 

COVER…………………………………………………………………………………….. i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………… ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… iii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….. v

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………… vi

TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIKUM…………………………………. 1

MATERI DAN METODE…………………………………………………………… 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Digesti

Mulut………………………………………………………………………………. 4

Oesophagus…………………………………………………………………… 5

Tembolok……………………………………………………………………….. 6

Proventrikulus………………………………………………………………… 7

Empedal…………………………………………………………………………. 8

Duodenum……………………………………………………………………… 10

Jejunum…………………………………………………………………………. 11

Ileum………………………………………………………………………………. 12

Coecum………………………………………………………………………….. 12

Usus Besar…………………………………………………………………….. 13

Kloaka……………………………………………………………………………. 14

Organ Tambahan

Hati…………………………………………………………………………………. 16

Pankreas………………………………………………………………………… 16

Limfa………………………………………………………………………………. 18

Sistem Reproduksi Betina

Ovarium………………………………………………………………………….. 19

Infundibulum…………………………………………………………………. 20

Magnum…………………………………………………………………………. 21

Isthmus…………………………………………………………………………… 22

Uterus…………………………………………………………………………….. 23

Vagina……………………………………………………………………………. 24

Sistem Reproduksi Jantan

Testis……………………………………………………………………………… 25

Vas Deferens………………………………………………………………….. 26

Papilla……………………………………………………………………………. 26

KESIMPULAN………………………………………………………………………….. 27

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 28

LAMPIRAN……………………………………………………………………………….. 29

 

DAFTAR GAMBAR

 

Gambar 1. Organ Pencernaan Ayam……………………………………….. 4

Gambar 2. Paruh Ayam…………………………………………………………….. 5

Gambar 3. Oesophagus Ayam………………………………………………….. 6

Gambar 4 Crop Ayam……………………………………………………………….. 7

Gambar 5. Proventrikulus Ayam……………………………………………….. 8

Gambar 6. Gizzard Ayam………………………………………………………….. 9

Gambar 7. Duodenum Ayam…………………………………………………….. 10

Gambar 8. Jejunum Ayam………………………………………………………… 11

Gambar 9. Ileum Ayam……………………………………………………………… 12

Gambar 10. Coecum Ayam………………………………………………………. 13

Gambar 11. Usus Besar Ayam………………………………………………….. 14

Gambar 12. Kloaka Ayam…………………………………………………………. 15

Gambar 13. Hati Ayam……………………………………………………………… 16

Gambar 14. Pankreas Ayam…………………………………………………….. 17

Gambar 15. Limpa Ayam…………………………………………………………… 18

Gambar 16. Ovarium Ayam………………………………………………………. 19

Gambar 17. Infundibulum Ayam……………………………………………….. 21

Gambar 18. Magnum Ayam………………………………………………………. 22

Gambar 19. Isthmus Ayam………………………………………………………… 23

Gambar 20. Uterus Ayam………………………………………………………….. 24

Gambar 21. Vagina Ayam…………………………………………………………. 25

 

DAFTAR TABEL

 

Tabel 1. Sistem Digesti Ayam…………………………………………………… 3

Tabel 2. Organ Tambahan………………………………………………………… 15

Tabel 3. Organ Reproduksi Ayam Betina…………………………………. 18

TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIKUM

 

Praktikum sistem digesti dan reproduksi bertujuan untuk mengetahui saluran sistem digesti pencernaan ayam dan reproduksi ayam jantan maupun ayam betina. Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah menambah ilmu dasar mengenai sistem digesti dan reproduksi pada ayam, sehingga praktikan diharapkan mampu memahami cara manajemen ternak ayam yang baik dan dapat menghasilkan produksi yang diinginkan.

 

MATERI DAN METODE

 

Materi

            Alat. Alat yang digunakan pada praktikum sistem digesti dan reproduksi antara lain pisau scapel merk One Mad, timbangan listrik merk Camry, pita ukur merk butterfly, gunting stainless merk One Mad, plastik berukuran 1×1 m dan trash bag.

            Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum sistem digesti dan reproduksi adalah 2 ekor ayam layer betina afkir berumur lebih dari 72 minggu dengan berat 1428 gram dan 1467 gram. Kondisi ayam yang digunakan telah disembelih tetapi belum dibedah.

 

Metode

            Preparat ayam yang telah disembelih dibedah dengan hati-hati menggunakan pisau scapel dan gunting untuk dikeluarkan seluruh organ pencernaan dan reproduksinya, diusahakan jangan sampai putus. Organ pencernaan dan reproduksi yang telah dikeluarkan kemudian diletakkan dan disusun pada plastik lebar yang telah disiapkan. Organ yang telah tersusun diukur panjang per bagian, kemudian dipotong dan dikeluarkan kotorannya lalu ditimbang. Hasil pengukuran masing-masing organ dicatat pada lembar kerja yang telah disediakan.

 


HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Sistem Digesti

Hasil praktikum sistem digesti ayam betina diperoleh dari data dari 2 ekor ayam layer afkir yang berumur  lebih dari 72 minggu dengan berat masing-masing 1418 gram dan 1467 gram. Berikut ini adalah data hasil pengukuran panjang dan berat organ pencernaan pada ayam betina.

Tabel 1. Sistem Digesti Ayam

Parameter Ayam A Ayam B
Panjang (cm) Berat (gram) Panjang (cm) Berat (gram)
Oesophagus 19 9 25 5
Crop 7 9 6 9
Proventriculus 5 7 3,5 8
Gizzard 5,5 36 6 31
Usus halus
      – duodenum 26 6 35 16
     – jejunum 70 35 71 19
     – ileum 55 15 63 13
Coecum 17 10 15 9
Usus besar 10 3 9 6
Cloaca 3 12 4 9

 

            Ayam A dan B merupakan ayam layer afkir yang berumur lebih dari 72 minggu dengan berat masing-masing 1418 gram dan 1467 gram. Alat pencernaan ayam terdiri dari mulut, kerongkongan (esophagus), tembolok (crop), ampela bagian depan (proventriculus), ampela (ventriculus), usus kecil (small intestine), usus buntu (coecum), usus besar (large intestine), dan kloaka. Setiap bagian alat pencernaan memiliki fungsi yang berbeda (Yaman, 2010).

Panjang alat pencernaan pada ayam sekitar 245 sampai 255 cm, tergantung pada umur dan jenis unggas. Prinsip pencernaan pada ayam ada tiga macam, yaitu pencernaan secara mekanik (fisik) dilakukan oleh kontraksi otot polos, terutama terjadi di empedal (gizzard) yang dibantu oleh bebatuan (grit), pencernaan secara kimia (enzimatik) dilakukan oleh enzim pencernaan yang dihasilkan kelenjar saliva di mulut, enzim yang dihasilkan oleh proventikulus, enzim dari pankreas, enzim empedu dari hati, dan enzim dari usus halus, dan pencernaan secara mikrobiologik (jumlahnya sedikit sekali) dan terjadi di sekum dan kolon. Secara umum pencernaan unggas meliputi aspek tiga aspek, yaitu digesti yang terjadi pada paruh, tembolok, proventikulus, ventrikulus (empedal/ guisar), usus halus, usus besar dan ceca, absorbsi yang terjadi pada usus halus (small intestinum) melalui vili-vili (jonjot usus), metabolisme yang terjadi pada sel tubuh yang kemudian disintesis menjadi protein, glukosa dan hasil lain untuk pertumbuhan badan, produksi telur atau daging, pertumbuhan bulu, penimbunan lemak, dan menjaga atau memelihara tubuh dari proses kehidupannya (Yuwanta, 2004).

Mulut. Mulut pada ayam sebagai alat pengambilan pakan (prehension). Ayam tidak mempunyai gigi sehingga fungsi pemecahan partikel digantikan oleh paruh. Mulut hanya digunakan sebagai lewat sesaat bahan pakan. Di dalam mulut terdapat lidah yang kaku untuk membantu penelanan makanan. Didalam mulut juga disekresikan enzim amylase atau ptyalin yang berfungsi mengubah amilum yang terkandung dalam pakan menjadi gula yang lebih sederhana. Secara umum di mulut terjadi pencernaan secara enzimatis dan mekanik.

Pakan masuk ke dalam mulut ayam masih dalam keadaan utuh, kemudian dengan tekanan lidah masuk ke dalam rongga pharynk dan turun ke oesophagus oleh gaya gravitasi. Mulut menghasilkan saliva yang mengandung amilase dan maltase saliva, tetapi pemecahan bahan pakan di mulut ini kecil sekali karena mulut hanya digunakan untuk lewat sesaat. Saliva mulut, selain mengandung kedua enzim tersebut, juga digunakan untuk membasahi pakan agar mudah ditelan. Produksi saliva 7 sampai 30 ml/hari, tergantung pada jenis pakan. Sekresi saliva dipacu oleh saraf parasimpatik (Yuwanta, 2004). Mulut unggas tidak mempunyai gigi, melainkan lidah kaku. Lidah ayam mempunyai kelenjar dan sedikit syarat pengecap. Fungsi gigi pada unggas gantikan oleh paruh yang keras untuk prehesnion dan memecah makanan yang akan masuk mulut (Kartadisastra, 2002).

Oesophagus. Oesophagus merupakan saluran pencernaan yang menghasilkan mukosa berlendir yang berfungsi membantu melicinkan pakan menuju tembolok. Oesophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Oesophagus memanjang dari pharynk hingga proventrikulus melewati tembolok (crop). Organ ini menghasilkan mukosa yang berfungsi membantu melicinkan pakan menuju tembolok (Yuwanta, 2004).

Menurut Yaman (2010), kisaran normal panjang oesophagus adalah 20 sampai 25 cm dengan berat 5 sampai 7,5 gram. Dari hasil praktikum diperoleh panjang oesophagus untuk ayam A adalah 19 cm dengan berat 9 gram dan ayam B adalah 25 cm dengan berat 5 gram. Hasil tersebut menunjukkan bahwa panjang dan berat oesophagus ayam A tidak berada pada kisaran normal yaitu lebih pendek dan lebih berat dari kisaran normal, hal ini dapat terjadi karena perbedaan jenis, umur, bangsa, pemberian pakan dan juga faktor kesehatan (Fadillah, 2007), sedangkan oesophagus untuk ayam B berada pada kisaran normal.

            Tembolok (Crop). Tembolok adalah modifikasi dari oesophagus (Yuwanta, 2004). Setelah melewati oesophagus, pakan akan menuju ke tembolok dengan bantuan gerakan peristaltik yang ada di oesophagus dan dengan bantuan gaya gravitasi. Tembolok berfungsi untuk menyimpan pakan sementara. Menurut Yuwanta (2004), fungsi utama tembolok adalah untuk menyimpan pakan sementara, terutama pada saat ayam makan dalam jumlah banyak. Bolus berada di tembolok selama 2 jam. Jenis makanan atau benda lain yang mempunyai ukuran besar dapat menyumbat saluran tembolok. Jika hal ini terjadi maka makanan yang ada dalam tembolok tidak dapat lewat dan akan terjadi fermentasi. Kapasitas tembolok mampu menampung 250 gram pakan. Pada tembolok terdapat saraf yang berhubungan dengan pusat kenyang-lapar di Hipotalamus sehingga banyak sedikitnya pakan yang terdapat dalam tembolok akan memberikan respon dalam saraf untuk makan atau menghentikan makan.

Menurut Suprijatna et al. (2005), ukuran tubuh ayam mempengaruhi ukuran organ-organ dalam tubuh ayam itu sendiri. Kisaran normal panjang crop adalah 7 sampai 10 cm dan beratnya 8 sampai 12 gram. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil crop ayam A panjangnya 7 cm dan beratnya 9 gram sedangkan ayam B panjangnya 6 cm dan beratnya 9 gram. Berat dan panjang crop ayam A berada pada kisaran normal, sedangkan panjang crop ayam B berada di bawah kisaran normal. Berat dan panjang crop dipengaruhi oleh umur, jenis pakan dan bangsa (Fadillah et al., 2007).

            Proventrikulus.  Proventrikulus adalah suatu pelebaran dari kerongkongan sebelum berhubungan dengan gizzard (empedal). Kadang-kadang disebut glandula stomach atau true stomach. Menurut Usman (2010), proventrikulus merupakan perluasan oesophagus yang utama pada sambungan dengan gizzard, dan biasa disebut glandular stomach atau perut sebenarnya. Proventrikulus berfungsi untuk mensekresikan gastric juice (cairan lambung) yaitu pepsin, suatu enzim untuk membantu pencernaan protein, dan hydrochloric acid disekresi oleh glandular cell. Menurut Yuwanta (2004), proventrikulus mensekresikan enzim pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak. Pada proventrikulus lintasan pakan sangat cepat masuk ke empedal melalui isthmus proventrikulus sehingga secara nyata belum sempat dicerna. Sekresi pepsinogen tergantung pada stimulasi syaraf vagus, pakan yang melintas, dan aksi cairan gastrik. Pada keadaan tidak makan, sekresi glandula perut ini 5 sampai 20 ml/jam dan mampu mencapai 40 ml ketika ada pakan. Pada ayam petelur produksi HCl akan menjadikan suasana empedal menjadi asam (pH 1-2) untuk melumatkan 7-8 gram CaCO3, fosfat, mengionkan elektrolit, dan memecah struktur tersier protein pakan.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data panjang proventrikulus ayam A 5 cm dan berat 7 gram, dan pada ayam B panjangnya 3,5 cm dan berat 8 gram. Menurut Usman (2010), bobot proventrikulus mencapai 0,45% dari bobot hidup. Menurut Yaman (2010), proventrikulus memiliki panjang 6 cm dan berat 7,5 sampai 10 gram. Proventirkulus untuk ayam A  panjang dan beratnya berada di bawah kisaran normal, sedangkan ayam B panjang berada di bawah kisaran normal dan beratnya berada pada kisaran normal. Faktor yang mempengaruhi bobot proventrikulus adalah umur, bangsa, dan genetik ternak (Usman, 2010).

Empedal (Gizzard) . Pakan yang bercampur dengan getah proventrikulus masuk ke dalam empedal atau gizzard. Pakan dalam gizzard mengalami proses pencernaan secara mekanik dengan bantuan grit yang berupa batuan kecil, selain itu pakan juga akan dipecah dan dicampur dengan air sehingga menjadi seperti pasta atau yang biasa disebut dengan chymne (Kartadisastra, 2002). Menurut Yuwanta (2004), empedal (gizzard) disebut juga perut muscular yang merupakan perpanjangan dari provenrikkulus. Fungsi utama empedal adalah memecah atau melumatkan pakan dan mencampurnya dengan air menjadi pasta yang dinamaan chymne. Ukuran dan kekuatan empedal dipengaruhi oleh kebiasaan makan dari ayam tersebut. Pada unggas yang hidup secara berkeliaran (ayam kampung), empedal lebih kuat daripada ayam yang dipelihara secara terkurung dengan pakan yang lebih lunak. Pada empedal disekresikan koilin yang berfungsi melindungi permukaan empedal terhadap kerusakan yang mungkin disebabkan oleh pakan atau zat lain. Menurut Usman (2010), fungsi gizzard adalah sebagai reaksi mekanik mencampur dan menggerus pakan. Gizzard tidak aktif ketika kosong, tetapi ketika makanan masuk, otot berkontraksi. Besarnya partikel makanan mempercepat kontraksi. Grit yang dibutuhkan sedikit jika pakan dalam betuk mash. Berat gizzard sekitar 44 gr atau sebesar 2,3 % dari bobot hidup.

 Berdasarkan praktikum diketahui data ayam A panjangnya 5,5 cm dan beratnya 36 gram, dan ayam B panjang 6 cm dan 31 gram. Menurut Yaman (2010), gizzard memiliki panjang 5 sampai 7,5 cm dan berat 25 sampai 30 gram. Berdasarkan literatur diketahui bahwa panjang gizzard untuk kedua ayam berada pada kisaran normal sedangkan berat untuk kedua ayam berada di atas kisaran normal. Menurut Usman (2010), peningkatan bobot gizzard disebabkan karena peningkatan serat dalam pakan. Hal ini mengakibatkan beban gizzard lebih besar untuk memperkecil ukuran partikel ransum secara fisik, akibatnya urat daging gizzard tersebut akan lebih tebal sehingga memperbesar ukuran gizzard.

 

Usus Halus (small intestine).

Chymne dari gizzard akan masuk ke dalam usus halus dan mengalami penyerapan atau absorbsi. Usus halus terbagi atas 3 bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan illeum. Menurut Yuwanta (2004), Usus halus (small intestine) dinamakan juga intestinum tenue, panjangnya mencapai 120 cm dan terbagi dalam tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum dan illeum

Duodenum. Duodenum terdapat pada bagian paling atas dari usus halus dan panjangnya mencapai 24 cm. pada bagian ini terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar berupa pati, lemak, dan protein. Penyerapan hasil akhir dari proses ini sebagian besar terjadi di duodenum. Duodenum merupakan tempat sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati. Getah empedu mengandung garam empedu dan lemak dalam bentuk kholesitokinin-pankreosimin berisi kolesterol dan fosfolipid (Yuwanta, 2004). Menurut Usman (2010), duodenum berbentuk loop melingkari pankreas berakhir di saluran dari hati dan pankreas masuk ke usus halus.

Dari data hasil praktikum diperoleh bahwa panjang duodenum ayam A 26 cm dan berat 6 gram, dan pada ayam B panjangnya 35 cm dan berat 16 gram. Menurut Yuwanta (2004), panjang duodenum adalah 24 cm. Menurut Hamsah (2013) menyatakan bahwa berat duodenum ayam umur 35 hari adalah 4 gram. Berdasarkan literatur, diketahui bahwa panjang dan berat duodenum berada di atas kisaran normal. Perbedaan panjang duodenum disebabkan karena perbedaan umur maupun jenis unggas (Usman, 2010).

Jejunum. Jejunum dan ileum meupakan kelanjutan dari duodenum. Pada bagian ini proses pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan pada duodenum dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak dapat tercerna (Yuwanta, 2004). Diantara jejenum dan ileum terdapat suatu pembatas yang berbentuk seperti kutil yang disebut dengan micele divertikum. Menurut Yaman (2010), pembatas antara Jejunum dan ileum disebut micele divertikum yang ditandai dengan adanya bintil pada permukaan. Menurut Usman (2010), persimpangan antara jejenum dan ileum nampak kurang jelas, namun dapat dilihat dengan adanya diventrikulum yang nampak di permukaan. Ileum memanjang dari diventrikulum sampai persimpangan ileo-caecal­, dimana dua seka bersatu dengan usus.

Berdasarkan praktikum diperoleh data untuk panjang jejunum ayam A adalah 70 cm dan beratnya 35 gram, sedangkan ayam B panjangnya adalah 71 cm dan beratnya 19 gram. Menurut Hamsah (2013) panjang jejunum ayam berkisar antara 58 sampai 74 cm dan berat 2,9 sampai 3,8 gram tiap 10 cm dari panjang jejunum. Berdasarkan literatur diketahui bahwa panjang jejunum ayam A berada di kisaran normal dan beratnya berada di atas kisaran normal, sedangkan jejunum ayam B panjangnya berada pada kisaran normal dan beratnya berada di bawah kisaran normal. Perbedaan ukuran tersebut disebabkan oleh aktivitas, banyaknya pakan yang dikonsumsi, perbedaan umur ayam, dan ukuran tubuh (Fadillah et al., 2007).

Ileum. Ileum merupakan bagian usus halus yang paling banyak melakukan absorbsi. Sepanjang permukaan ileum terdapat banyak vili. Permukaan vili terdapat mikrovili yang berfungsi untuk mengabsorbsi hasil pencernaan (Suprijatna et al., 2005). Menurut Yaman (2010), pembatas antara Jejunum dan ileum disebut micele divertikum yang ditandai dengan adanya bintil pada permukaan.

Berdasarkan data hasil praktikum diketahui panjang dan berat ileum untuk ayam A adalah 55 cm dan 15 gram, sedangkan untuk ayam B adalah 63 cm dan 13 gram. Menurut Usman (2010), ileum memiliki panjang 32 cm dan berat 15 gram. Menurut Zuprizal dan Kamal (2005), berat ileum pada unggas terutama ayam adalah 15 gram. Berdasarkan literatur diketahui bahwa panjang ileum untuk kedua ayam berada di atas kisaran normal dan berat ileum ayam A ada di kisaran normal sedangkan ayam B berada di bawah kisaran normal. Hal ini disebabkan karena aktivitas, benyaknya pakan yang dikonsumsi, perbedaan umur ayam dan ukuran tubuh (Usman, 2010).

Sekum (Coecum). Pakan yang telah diserap dalam usus halus masuk ke dalam coecum. Coecum pada unggas ada 2, yaitu pada bagian kiri dan kanan. Di dalam terjadi pencernaan secara mikrobiologik karena dalam coecum terdapat mikrobia-mikrobia yang mampu membantu pencernaan terutama pencernaan serat kasar. Menurut Yuwanta (2004), sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 20 cm. beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh mikrobia sekum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali. Pada bagian sekum juga terjadi digesti serat kasar yang dilakukan oleh bakteri pencerna serat kasar. Kemampuan mencerna serat kasar pada bangsa itik lebih besar daripada bangsa ayam sehingga sekum itik lebih berkembang daripada ayam.

Berdasarkan data hasil praktikum diketahui bahwa panjang coecum pada ayam A 17 cm dan beratnya 10 gram sedangkan pada ayam B panjangnya 15 cm dan beratnya 9 gram. Menurut Yaman (2010), coecum mempunyai panjang normal 20 sampai 25 cm dan berat normal 6 sampai 8 gram. Bila dibandingkan dengan literatur kondisi coecum tidak dalam kisaran normal, pada ayam A lebih pendek dan lebih berat dari kisaran normal dan pada ayam B lebih pendek dan lebih berat dari kisaran normal. Hal ini disebabkan karena perbedaan ukuran tubuh, umur, dan kemampuan sekum dalam mencerna serat kasar (Usman, 2010).

Usus Besar (Rectum). Usus besar atau disebut juga intestinum crassum merupakan tempat untuk absorbsi air kembali sebelum feses dikeluarkan dari tubuh agar feses menjadi tidak terlalu lembek ataupun tidak terlalu keras sehingga tubuh tidak mengalami dehidrasi. Menurut Frandson (2009), usus besar berfungsi sebagai tempat absorbsi air dari sisa-sisa makanan. Menurut Yuwanta (2004), usus besar (rektum) dinamakan juga intestinum crassum dengan panjang 7 cm. pada bagian ini terjadi perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses. Pada bagian ini juga bermuara ureter dari ginjal untuk membuang urine yang bercampur dengan feses sehingga feses unggas dinamakan ekskreta. Feses dan urine sebelum dkeluarkan mengalami penyerapan air sekitar 72% sampai 75%. Rerata waktu yang diperlukan untuk lintas pakan di dalam saluran pencernaan unggas kurang lebih 4 jam. Muara ureter dinamakan urodeum, muara sperma pada ayam jantan dinamakan proktodeum, dan muara feses dinamakan koprodeum.

Dari hasil praktikum diperoleh panjang usus besar pada ayam A 10 cm dengan berat 3 gram dan ayam B 9 cm dengan berat 6 gram. Menurut Usman (2010), usus besar relatif lebih pendek daripada usus halus pada ayam, panjangnya sekitar 10 cm dan berat 4 sampai 6 gram pada ayam dewasa. Menurut Yuwanta (2004), usus besar (rektum) dinamakan juga intestinum crassum dengan panjang 7 cm. Usus besar dari ayam A berada di bawah kisaran normal, sedangkan ayam B berada dalam kisaran normal. Perbedaan ukuran usus besar disebabkan oleh bangsa, pakan, dan kondisi lingkungan (Fadillah et al., 2007).

Kloaka. Saluran pencernaan ayam berakhir pada kloaka yang merupakan muara keluarnya ekskreta. Menurut Yuwanta (2004), feses dan urin sebelum dikeluarkan mengalami penyerapan air sekitar 72% sampai 75%. Rerata waktu yang diperlukan untuk lintas pakan di dalam saluran pencernaan unggas kurang lebih 4 jam. Muara ureter dinamakan urodeum, muara sperma pada ayam jantan disebut proktodeum, dan muara feses dinamakan koprodeum. Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan koprodeum terletak berhimpitan.

Dari hasil praktikum diperoleh panjang kloaka untuk ayam A 3 cm dan berat 12 gram  dan ayam B panjangnya 4 cm dan berat 9 gram. Menurut Yaman (2010), kloaka memiliki panjang normal 1,5 sampai 3 cm dan berat normalnya 6 sampai 8 gram. Berdasarkan literatur diketahui bahwa panjang kloaka ayam B lebih panjang daripada literatur dan berat kloaka kedua ayam lebih berat dari kisaran normal. Perbedaan ini disebabkan oleh bangsa, pakan, dan kondisi lingkungan (Fadillah et al., 2007).

Organ Tambahan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapat data hasil pengukuran organ tambahan sebagai berikut :

Tabel 2. Organ Tambahan

Parameter Ayam A Ayam B
Panjang (cm) Berat (gram) Panjang (cm) Berat (gram)
  • Hati
  • Pankreas
  • Limfa
7

13

2

30

3

3

10

12

3

31

3

3

 

            Meskipun dinamakan organ tambahan tetapi fungsinya sangat penting, karena organ ini mensekresikan enzim pencernaan. Organ tambahan ini yang utama antara lain :

            Hati . Pada hati ini terdapat kantong empedu yang berfungsi untuk menyimpan sekresi empedu. Hati juga berperan dalam ekskresi dengan formasi ureanya (Rahayu et al., 2011). Menurut Yuwanta (2004), hati mensekresikan getah empedu yang disalurkan ke dalam duodenum. Fungsi getah empedu adalah menetralkan asam lambung (HCl) dan membentuk sabun terlarut (soluble soaps) dengan asam lemak bebas. Kedua fungsi tersebut akan membantu absorpsi dan translokasi asam lemak. Dalam getah emppedu yang mempunyai peranan penting, yaitu asam tarokholik dan glikokholik. Fungsi asam empedu adalah membantu digesti lemak dengan membentuk emulsi, mengaktifkan lipase pankreas, membantu penyerapan asam lemak, kolesterol, dan vitamin yang larut dalam lemak, stimulasi aliran getah empedu dari hati, dan menangkap kolesterol dalam getah empedu.

            Hati memiliki berat 3% dari bobot badan dan merupakan organ pencernaan tambahan terbesar dalam tubuh (Yuwanta, 2004). Berdasarkan hasil praktikum panjang hati ayam  A 7 cm dan berat 30 gram dengan  berat badan 1418 gram, maka berat hati sebenarnya adalah 42 gram. Ayam B diperoleh panjang 13 cm dan berat 29 gram dengan berat badan 1467, maka berat hati sebenarnya adalah 42 gram. Hal ini menunjukkan bahwa berat hati yang diperoleh kedua ayam tidak sesuai dengan literatur yang ada. Bobot hati meningkat dipengaruhi oleh jumlah penyerapan nutrien dan kandungan serat kasar (Yaman, 2010).

Pankreas. Pankreas mensekresikan getah pankreas yang berfungsi dalam pencernaan pati, lemak, dan protein. Disamping mensekresikan getah pankreas juga mensekresikan insulin. Pankreas mempunyai dua fungsi yang semuanya berhubungan dengan penggunaan energi ransum, yaitu eksokrin dan endokrin. Eksokrin berfungsi mensuplai enzim yang mencerna karbohidrat, protein, dan lemak ke dalam usus halus, sedangkan endokrin berfungsi menggunakan dan mengatur nutrien berupa energi untuk diserap dalam tubuh dalam proses dasar pencernaan (Yuwanta, 2004). Pankreas mensekresikan enzim amilase, tripsin, dan lipase yang dibawa ke duodenum untuk menerima karbohidrat, protein, dan lemak. Pankreas terletak di antara lipatan duodenum (Rahayu et al., 2011).

Berdasarkan hasil praktikum panjang pankreas yang didapat adalah ayam A 13 cm dan berat 3 gram dan ayam B panjangnya 12 cm dan berat 3 gram. Menurut Suprijatna et al. (2005), bobot pankreas berkisar antara 2 sampai 4,5 gram. Berdasarkan literatur diketahui bahwa pankreas kedua ayam dalam kondisi normal. Perbedaan bobot pankreas disebabkan oleh jenis, umur, besar, aktivitas hewan dan juga sekresi enzim pencernaan yang dihasilkan oleh pankreas (Rahayu et al., 2011).

Limfa . Limfa adalah organ kecil berwarna merah coklat berbentuk agak bundar. Organ ini fungsinya belum jelas, tetapi diuga membantu koordinasi pembentukan sel darah merah dan sel darah putih. Menurut Suprijatna et, al. (2005), fungsi limpa selain untuk menyimpan darah, bersama hati dan sumsum tulang belakang berperan dalam pembinasaan eritrosit-eritrosit tua, berperan dalam metabolisme nitrogen terutama dalam pembentukan asam urat serta membentuk limfosit.

Berdasarkan data hasil praktikum, diketahui bahwa limfa ayam A mempunyai panjang 2 cm dan berat 3 gram dan ayam B panjangnya 3 cm dan berat 3 gram. Menurut Fadillah et al. (2007), berat limfa ayam adalah sekitar 0,07% sampai dengan 0,13%. Berdasarkan literatur didapatkan bahwa berat normal limfa ayam A adalah 0,9 sampai 1,84 gram, dan ayam B adalah 1,02 sampai 1,9 gram. Berat limfa untuk kedua ayam tersebut berada di atas kisaran normal.

Sistem reproduksi

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sistem reproduksi sebagai berikut :

Tabel 3. Organ reproduksi ayam betina

Parameter Ayam A Ayam B
Panjang (cm) Berat (gram) Panjang (cm) Berat (gram)
Ovarium + ovum 7 29 10 12
Infundibulum 4 2 7 1
Magnum 38 60 38 48
Isthmus 13 7 12 6
Uterus 5 19 6 18
Vagina 6 9 4 1

 

            Anatomi alat reproduksi betina terdiri atas dua bagian utama, yaitu ovarium (bagian primer) dan oviduk (bagian sekunder). Oviduk terdiri dari infundibulum, magnum, uterus, vagina, dan kloaka.

            Ovarium. Ovarium merupakan tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel). Pada unggas ovarium disebut folikel. Bentuknya seperti buah anggur dan terletak pada rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum meso-ovarium. Menurut Yuwanta (2004), ovarium pada unggas dinamakan juga folikel. Besar ovarium pada saat ayam menetas 0,3 gram kemudian mencapai panjang 1,5 cm pada ayam betina umur 12 minggu dan mempunyai berat 60 gram pada tiga minggu sebelum dewasa kelamin. Ovarium terbagi menjadi dua bagian, yaitu cortex pada bagian luar dan medulla pada bagian dalam. Cortex mengandung folikel dan pada folikel terdapat sel-sel telur. Jumlah sel telur dapat encapai lebih dari 12000 buah. Namun, sel telur yang mampu masak hanya beberapa buah saja (pada ayam dara dapat mencapai jutaan buah). Folikel akan masak pada 9 sampai 10 hari sebelum ovulasi. Karena pengaruh karotenoid pakan ataupun karotenoid yang tersimoan di tubuh ayam yang tidak homogen maka penimbunan materi penyusun folikel menjadikan lapisan konsentris tidak seragam. Proses pembentukan ovum dinamakan vitelogeni (vitelogenesis), yang merupakan sintesis asam lemak di hati yang dikontrol oleh hormon estrogen, kemudian oleh darah diakumulasikan de ovarium sebagai folikel atau ovum yang dinamakan yolk (kuning telur). Folikel dikelilingi oleh pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Apabila ovum sudah masak, stigma akan robek sehingga terjadi ovulasi. Robeknya stigma dikontrol oleh hormon LH.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui ovarium ayam A panjangnya 7 cm dan berat 29 gram, dan ayam B panjangnya 10 cm dan berat 12 gram. Menurut Yuwanta (2004), besar ovarium ayam pada saat ayam menetas 0,39 cm, kemudian mencapai panjang 1,5 cm pada ayam betina dengan umur 12 minggu dan mempunyai berat 60 gram pada umur 3 minggu sebelum dewasa kelamin. Berdasarkan literatur yang ada panjang dan berat dari ovarium ayam A dan B belum sesuai dengan literatur dan masih berada di bawah kisaran normal. Menurut Suprijatna dan Dulatip (2005), pertumbuhan ovarium terutama terjadi karena adanya pertumbuhan folikel yang menjadi dewasa (yolk). Meningkatnya taraf protein ransum mengakibatkan meningkatnya konsumsi protein sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan ovarium dan folikel. Ayam yang memperoleh taraf protein tinggi, memiliki ovarium dan oviduk lebih nyata lebih berat, serta memiliki jumlah folikel dewasa (yellow yolk) lebih banyak dibandingkan ayam yang memperoleh taraf protein rendah.

Oviduct. Oviduct terdiri atas infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina, dan kloaka.

            Infundibulum.  Fungsi infundibulum adalah menangkap ovum (yolk) dan tempat terjadinya fertilisasi. Pada infundibulum terdapat fimbriae yang berfungsi untuk menangkap ovum yang telah masak dan kemudian masuk ke lubang ostium abdominale. Menurut Yuwanta (2004), panjang infundibulum adalah 9 cm dan fungsi utama infundibulum adalah menangkap ovum yang masak. Gabian ini sangat tipis dan mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membrana vitelina. Kuning telur berada di bagian ini berkisar 15 sampai 30 menit. Perbatasan antara infundibulum dan magnum dinamakan sarang sorematozoa yang merupakan terminal akhir dari lalu lintas spermatozoa sebelum terjadi pembuahan.

Hasil pengamatan didapat panjang infundibulum untuk ayam A 4 cm dan berat 2 gram dan ayam B panjangnya 10 cm dan berat 1 gram. Menurut Yuwanta (2004), panjang infundibulum adalah 9 cm. Menurut Horhoruw (2012), berat infundibulum adalah 2 sampai 3 gram. Infundibulum yang diperoleh dari pengamatan ayam A berada di bawah kisaran normal dan ayam B panjangnya berada di atas kisaran normal dan beratnya berada di bawah kisaran normal. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan jenis makanan, penyakit, umur, dan jenis unggas (Yuwanta, 2004).

            Magnum. Magnum meruapakan bagian yang terpanjang dari oviduk (33 cm). Magnum tersusun dari glandula tubuler yang sangat sensibel. Sintesis dan sekresi putih telur terjadi di sini. Mukosa dari magnum  tersusun dari el goblet. Sel goblet mensekresikan putih telur kental dan cair. Kuning telur berada di magnumuntuk dibungkus dengan putih telur selama 3,5 jam (Yuwanta, 2004).

Hasil dari praktikum menunjukan data bahwa panjang magnum pada ayam A adalah 38 cm dan berat 60 gram, dan ayam B panjangnya 38 cm dan berat 48 gram. Menurut Yuwanta (2004), magnum merupakan bagian terpanjang dari oviduct yaitu 33 cm. Menurut Horhoruw (2012), berat magnum adalah 22 sampai 27 gram. Terdapat perbedaan antara kisaran normal dengan data hasil praktikum yaitu panjang magnum untuk kedua ayam lebih panjang daripada literatur dan berat magnum lebih berat dari kisaran normal. Hal ini disebabkan oleh perbedaan umur, faktor genetik, produksi telur yang telah dihasilkan (Usman, 2010). Faktor genetik sangat berpengaruh pada panjang magnum (Yuwanta, 2004).

Isthmus. Isthmus merupakan tempat pembentukan kerabang tipis dan tempat terjadi plumping, kandungan pada masa ini tidak secara lengkap mengisi membran kerabang dan telur menyerupai sebuah kantung hanya sebagian terisi air (Suprijatna et al., 2005). Isthmus mensekresikan membran shell atau selaput telur. Panjang saluran isthmus adalah 10 cm dan telur berada di sini berkisar 1 jam 15 menit sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan berdekatan dengan magnum berwarna putih, sedangkan 4 cm terakhir di isthmus mengandung banyak pembuluh darah sehingga memberikan warna merah (Yuwanta, 2004).

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh panjang isthmus ayam A 13 cm dan berat 7 gram, dan ayam B panjangnya adalah 12 cm dan berat 6 gram. Menurut Yuwanta (2004), panjang saluran isthmus adalah 10 cm. Menurut Horhoruw (2012), berat isthmus adalah 4 sampai 7 gram. Berdasarkan literatur maka didapatkan bahwa panjang isthmus untuk kedua ayam berada di atas kisaran normal dan berat isthmus untuk kedua ayam berada pada kisaran normal. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan umur, faktor genetik, dan produksi telur (Rahayu et al., 2011).

            Uterus.  Uterus atau disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10 cm. pada bagian ini terjadi dua fenomena, yaitu hidratasi putih telur atau plumping, kemudian terbentuk kerabang telur. Warna kerabang telur yang terdiri atas sel phorphirin akan terbentuk di bagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur. Lama mineralisasi antara 20 sampai 21 jam (Yuwanta, 2004). Antara uterus dan vagina terdapat junction utero vaginal (JUV) atau sperm storage tubule (SST) sebagai tempat transit dari spermatozoa sebelum mencapai leher infundibulum (Yuwanta, 2010).

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh data bahwa pada ayam A mempunyai panjang 5 cm dan berat 19 gram sedangkan ayam B mempunyai panjang 6 cm dan berat 18 gram. Menurut Yuwanta (2004), kisaran normal panjang uterus adalah 10 cm. Menurut Horhoruw (2012), berat uterus ayam adalah 15 sampai 19 gram. Berdasarkan literatur, maka didapatkan bahwa panjang uterus untuk kedua ayam berada di bawah kisaran normal dan berat uterus untuk kedua ayam berada pada kisaran normal. Hal ini disebabkan oleh faktor umur, genetik, dan tingkat produksi telur (Rahayu et al., 2011).

Vagina.  Di dalam vagina terjadi pembentukan kutikula. Telur melewati vagina dengan cepat yaitu 3 menit, kemudian telur dikeluarkan (oviposition) dan 30 menit setelah peneluran akan terjadi ovulasi (Yuwanta, 2004). Telur yang berada di dalam vagina dilapisi oleh mucus. Mucus ini menyumbat pori kerabang, dengan demikian pencemaran bakteri dapat dihindari.

Berdasarkan data hasil praktikum diperoleh bahwa panjang vagina pada ayam A adalah 6 cm berat 9 gram, dan ayam B panjangnya 4 cm dan berat 1 gram. Menurut Yaman (2010), panjang vagina dapat mencapai 10 cm. Menurut Horhoruw (2012), berat vagina ayam adalah 4 sampai 7 gram. Berdasarkan literatur didapatkan bahwa panjang vagina kedua ayam berada di bawah kisaran normal dan berat vagina untuk kedua ayam tidak berada pada kisaran normal, untuk ayam A di atas kisaran normal dan ayam B di bawah kisaran normal. Hal ini disebabkan karena faktor umur, genetik, dan tingkat produksi telur (Rahayu et al., 2011).

Sistem Reproduksi Ayam Jantan

Sistem reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis, sepasang saluran deferens, papilla dan kloaka.

Testis. Testis ayam jantan terletak di rongga badan dekat tulang belakang, melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan dengan aorta dan vena cava atau di belakang paru-paru bagian depan dari ginjal. Meskipun ekat dengan rongga udara, temperatur testis selalu 41oC sampai 43oC karena spermatogenesis akan terjadi pada temperatur tersebut. Testis ayam terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albuginea yang lunak. Bagian dalam dari testis terdiri atas tubuli seminiferi (85% sampai 95% dari volume testis), yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis dan jaringan interstitialyang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig) tempat disekresikannya hormon steroid, androgen, dan testosteron. Besar testis tergantung pada umur, strain, musim, dan pakan (Yuwanta, 2004). Spermatozoa menunjukkan bagian ujung kepala yang panjang diikuti oleh satu ekor yang panjang. pH semen sekitar 7 sampai 7,4. Volume ejakulasi selama satu kali perkawinan mencapai 1 ml pada permulaan hari itu dan berkurang sedikit setelah beberapa kali perkawinan (Supprijatna et al., 2005).

Vas Deferens. Vas Deferens (ductus deferens) merupakan sebuah saluran yang berfungsi mengalirkan sperma keluar dari tubuh. Masing-masing ductus deferens bermuara ke dalam sebuah papilla kecil yang bersama berperan sebagai organ intromittent (Suprijatna et al., 2005). Saluran duktus deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma testis serta bagian bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan dinamakan saluran deferens. Saluran deferens ini akhirnya akan bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang bersebelahan dengan urodeum dan koprodeum. Sperma di dalam saluran deferens mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran deferens (Yuwanta, 2004).

Papilla. Alat kopulasi pada ayam berupa papila (penis ) yang mengalami rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral yang panjangnya 12 sampai 18 cm. Papila memproduksi cairan transparan yang bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi (Yuwanta, 2004).

 


KESIMPULAN

 

Sistem digesti ternak unggas terdiri atas mulut, oesophagus, crop, proventrikulus, gizzard, usus halus, coecum, usus besar, dan kloaka. Organ tambahan terdiri atas hati, limpa dan pankreas. Hasil pengukuran dan penimbangan didapatkan bahwa panjang dan berat masing-masing organ pencernaan secara keseluruhan tidak berada pada kisaran normal. Perbedaan ukuran ada saluran pencernaan dapat disebabkan oleh umur, pemberian pakan dan lingkungan.

Sistem reproduksi ayam atau unggas yang berkembang baik adalah sebelah kiri, sedangkan organ sebelah kanan mengalami rudimenter. Alat reproduksi unggas betina terdiri dari ovarium, infundibulum, magnum, isthmus, uterus, dan vagina. Perbedaan ukuran pada saluran reproduksi betina juga disebabakan oleh umur dan produksi telur. Alat reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis, vasdeferens, dan papilla. Berdasarkan data hasil pembahasan disimpulkan bahwa panjang dan berat alat reproduksi betina untuk kedua ayam tidak berada pada kisaran normal. Hal ini disebabkan karena faktor umur, genetik, dan tingkat produksi telur.


DAFTAR PUSTAKA

 

Fadillah, R., P. Agustin, A. Syamsirul, P. Eko. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Frandson, R.D. 2009. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hamsah. 2013. Respon Usus dan Karakteristik Karkas pada Ayam Ras Pedaging dengan Berat Badan Awal Berbeda yang Dipuasakan Setelah Menetas. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Horhoruw, W.M. 2012. Ukuran Saluran Reproduksi Ayam Petelur Fase Pullet Yang Diberi Pakan Dengan Campuran Rumput Laut (Gracilaria edulis). Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.

Kartadisastra, H.K. 2002. Pengolahan Pakan Ayam. Kanisius. Yogyakarta.

Rahayu, I., Sudaryani T., Santosa H. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprijatna, E., Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprijatna, E., Dulatip Natawihardia. 2005. Pertumbuhan Organ Reproduksi Ayam Ras Petelur Dan Dampaknya Terhadap Performans Produksi Telur Akibat Pemberian Ransum Dengan Taraf Protein Berbeda Saat Periode Pertumbuhan. Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang.

Usman, Ahmad Nur Ramdani. 2010. Pertumbuhan Ayam Broiler (Melalui Sistem Pencernannya) Yang Diberi Pakan Nabati Dan Komersial Dengan Penambahan Dysapro. Institute Pertanian Bogor. Bogor.

Yaman, M. Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yuwanta, Tri. 2000. Beberapa Metode Praktis Penetasan Telur. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Zuprizal dan M. Kamal. 2005. Nutrisi dan Pakan Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published.