Laporan Praktikum Biokimia Dasar Acara Darah
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR
ACARA VII
DARAH
Disusun oleh:
Kelompok XI
Diliarna Sitaresmi PT/06439
Lintang Anggoro PT/06501
Eka Jumiasih PT/06526
Nurus Sobah PT/06587
Bastian Titus PT/06625
Asisten: Okti Widayati
LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI
BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
ACARA VII
DARAH
Tujuan Praktikum
Praktikum darah bertujuan untuk mengetahui globulin dalam serum darah dan karakteristiknya, mengetahui adanya albumin dalam serum darah dan karakteristiknya, mengetahui adanya senyawa senyawa bukan protein dalam darah, dan mengetahui adanya pigmen darah.
Tinjauan Pustaka
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan arau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel darah. Sifat darah diantaranya memiliki tekanan osmotik sebesar 28mmHg, viskositas sebesar 1,7 pada suhu 37oC dan pH sebesar 7,0 sampai 7,8 (Pearce, 2006).
Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi, pengatur suhu tubuh, pemeliharaan keseimbangan cairan, serta keseimbangan basa eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam tubuh. Sel darah merah mampu mengangkut secara efektif tanpa meninggalkan fungsinya di dalam jaringan serta keberadaannya dalam darah hanya melintas saja. Darah juga memiliki kepng darah atau biasa disebut trombosit yang berperan dalam proses penggumpalan darah (Hilman et al., 2005).
Peristiwa penggumpalan darah oleh Dr. Karl Landsteiner pada tahun 1901 dijadikan sebagai dasar adanya penggolongan darah dengan sistem ABO. Landsteiner menemukan bahwa eritrosit dari beberapa individu akan menggumpal apabila dicampur dengan serum darah dari individu lainnya namun kejadian ini terjadi pada semua orang. Mekanisme pembekuan darah ialah trombosit akan mengalami penggumpalan (aglutinasi) karena adanya jaringan yang mengalami kerusakan atau cedera. Trombosit yang mengalami penggumpalan disebut tromboplastin. Ion Ca yang terdapat dalm darah menyebabkan prokonvertin menjadi konvertin. Tromboplastin lalu bereaksi dengan konvertin dan ion Ca mengubah protrombin menjadi trombin namun hanya sedikit. Trombin akan berikatan dengan ion Ca lalu dengan adanya trombin maka accelarator globulin plasma dari inaktif menjadi accelarator serum aktif. Protrombin berubah menjadi trombin lalu mengaktifkan fibrinogen. Fibrinogen akan berubah menjadi benang-benang halus yang disebut fibrin (Campbell et al., 2006).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, pipet pump, pengaduk, corong, gelas ukur, dan kertas saring.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah darah, darah oksalat, darah non fibrin (serum), larutan (NH4)2SO4 jenuh, aquades, larutan amonium sulfat, larutan asam asetat 2%, larutan khlorofenol merah, larutan HNO3 pekat, larutan AgNO3, larutan amonium molibdat, larutan kalium oksalat, larutan gliserol, padatan Na2CO3, larutan CuSO4 2,5%, dan larutan asam asetat glasial.
Metode
Pengendapan globulin. Tabung reaksi diisi dengan 3 mL serum lalu ditambah 3 mL larutan (NH4)2SO4 jenuh. Tabung digojok lalu endapan disaring. Endapan dituangi sedikit air lalu digojok. Perubahan yang terjadi diamati lalu dicatat.
Pengendapan Albumin. Filtrat pada percobaan awal ditambah dengan larutan amonium sulfat lalu digojok. Endapan dipisah dengan kertas saring lalu ditambah dengan aquades selanjutnya digojok.ada atau tidaknya endapan tetap diamati dan dicatat.
Zat-zat Bukan Protein Dalam Serum Darah
Deproteinasi serum darah. Tabung reaksi diisi dengan 5 mL darah dan 10 mL air lalu dididihkan. Larutan ditambah dengan asam asetat 2% setetes demi setetes sampai terjadi endapan. Endapan yang terbentuk disaring. Larutan diberikan khlorofenol merah lalu diasamkan. Larutan dididihkan bila perli hasilnya disaring.
Uji khlorida. Filtrat pada percobaan awal ditambahkan dengan setetes HNO3 pekat dan beberapa tetes larutan AgNO3. Endapan akan larut kembali apabila ditambahkan dengan larutan NH4OH. Perubahan diamati.
Uji kalsium. Filtrat pada percobaan awal ditambahkan dengan kalium oksalat. Larutan dipanaskan setalah itu akan terbentuk endapan putih.
Uji fosfat. Sisa filtrat pada percobaan awal ditambahkan dengan amonium molibdat dan setetes HNO3 pekat. Larutan dipanaskan maka akan terbentuk endapan berwarna kuning. Perubahan diamati.
Uji glukosa. Sisa filtrat ditambahkan dengan 2 tetes gliserol dan sedikit Na2CO3 bebas air dan larutan CuSO4 2,5%. Tabung dididihkan lalu perubahan yang terjadi diamati.
Pigmen Darah
Uji benzidin. Satu tetes darah diencerkan dengan 10 mL air. Larutan sebanyak 1 mL diambil lalu ditambahkan dengan 1,5 mL larutan benzidin dan 0,5 mL larutan H2O2. Perubahan yang terjadi diamati.
Hasil dan Pembahasan
Pengendapan
Pengendapan globulin. Pada percobaan kali ini dihasilkan warna larutan kuning keruh dan terdapat sedikit endaapan yang melayang. Larutan menjadi berwarna kuning dan mengendap akibat penambahan amonium sulfat. Penambahan garam (NH4)2SO4 (amonium sulfat) ini bertujuan untuk mengikat air pada protein karena garam bersifat hidroskopis. Amonium sulfat jenuh yang ditambahkan dengan serum menyebabkan larutan campuran tersebut tidak jenuh lagi melainkan menjadi setengah jenuh. Globulin dapat diendapkan pada larutan setengah jenuh maka terbentuk endapan globulin. Menurut Sloane (2004), larutan globulin dapat diendapkan oleh penambahan garam amonium sulfat hingga setengah jenuh. Pada percobaan ini, protein albumin tidak ikut mengendap karena protein albumin mengendap pada larutan yang bersifat jenuh sehingga filtrat yang disaring endapannya masih mengandung protein albumin dan dapat digunakan pada percobaan pengendapan albumin. Endapan globulin yang telah disaring tadi ditambahkan aquades maka endapan protein globulin tersebut tidak larut (ditandai dengan larutan masih keruh) karena protein globulin sedikit atau tidak larut dalam air sehingga dalam larutan tersebut masih mengandung protein globulin.
Pengendapan albumin. Pada percobaan ini, filtrat yang digunakan adalah filtrat dari percobaan globulin. Filtrat tersebut ditambahkan dengan (NH4)2SO4 padat berlebih sehingga terdapat sedikit endapan yang melayang. Penambahan garam (NH4)2SO4 (amonium sulfat) yang berlebih ini bertujuan untuk mengikat air pada protein karena garam bersifat hidroskopis sehingga protein albumin tersebut dapat mengendap karena protein albumin dapat mengendap pada amonium sulfat jenuh. Menurut Sloane (2004), albumin adalah protein yang dapat larut serta dapat terkoagulasi oleh panas dan dapat diendapkan dengan penambahan amonium sulfat hingga jenuh. Endapan tersebut disaring dan ditambahkan aquades lalu digojok tetapi dalam larutan tersebut masih terdapat sedikit endapan yang berwarna merah yang bukan merupakan endapan dari protein albumin. Endapan dari protein albumin sendiri sudah ikut larut dalam air (ditandai dengan larutan berwarna bening) karena protein albumin dapat larut dalam air.
Zat-zat Bukan Protein Dalam Serum Darah
Deproteinasi serum darah. Percobaan deproteinasi serum darah bertujuan untuk menghilangkan protein dalam darah karena protein dalam darah merupakan protein terkonjugasi. Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan aquades kemudian dididihkan, hal ini menyebabkan fungsi dari protein tersebut hilang karena ikatan hidrogen dalam protein tersebut lepas. Larutan tersebut ditambahkan setetes demi setetes asam asetat, larutan tersebut menjadi berwarna merah kejingga-jinggaan dan terdapat endapan. Endapan disaring. Filtratnya ditetesi indikator khlorofenol merah lalu diasamkan hingga pH 5,4 (warna indikator berubah menjadi kuning), penambahan asam ini mengakibatkan penambahan H+ sehingga antara muatan positif (+) dan negatif (-) pada protein tidak seimbang sehingga terjadi perubahan struktur yang menyebabkan terjadinya endapan protein. Filtrat dididihkan dan kemudian disaring, filtrat yang dihasilkan digunakan untuk percobaan selanjutnya. Meurut Bastiansya (2008), konformasi molekul protein dapat berubah karena pengaruh suhu, pH atau karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa lain atau ion-ion logam dan peristiwa ini sering disebut deproteinasi.
Uji khlorida. Percobaan khlorida warna larutan berubah dari putih bening menjadi putih keruh dan terdapat endapan putih disebabkan oleh AgNO3 yang ditambahklan mengikat Cl yang terdapat pada serum darah dan bentuk endapan yang berwarna putih. Endapan dari reaksi tersebut adalah endapan AgCl (berwarna putih). Endapan ditambahkan dengan NH4OH, maka endapan tersebut akan kembali larut disebabkan ion Cl lebih memilih berikatan dengan NH4 karena NH4 lebih reaktif (lebih kiri) dibandingkan dengan Ag, sehingga terjadi reaksi sebagai berikut :
NH4OH + AgCl è NH4Cl + AgOH
Plasma darah tersusun atas salah satunya adalah elektrolit. Klorida merupakan elektrolit bermuatan negatif, banyak terdapat pada cairan ekstraseluler (diluar sel), berperan penting dalam keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam-basa dalamtubuh. Klorida di angkut di dalam darah dan limfe akibat kerja jantung dan otot rangka (Gandasoebrata, 2007).
Uji fosfat. Percobaan uji fosfat kali ini bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa fosfat dalam darah. Filtrat ditambahkan beberapa tetes amonium molibdat dan 1 tetes HNO3 pekat kemudian dipanaskan, larutan berubah menjadi terdapat endapan warna kuning. Adanya endapan warna kuning ini menunjukkan bahwa dalam filtrat tersebut terdapat senyawa fosfat dan endapan tersebut merupakan endapan ammonium fosfomolibdat. Reaksi yang terjadi pada uji kali ini adalah :
Filtrat + HNO3 dan ammonium molibdat è endapan amonium fosfomolibdat (warna kuning)
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh, yaitu 1% dari berat badan. Kurang lebih 85% fosfor di dalam tubuh terdapat sebagai garam kalsium fosfat, yaitu bagian dari kristal hidroksiapatit di dalam tulang dan gigi yang tidak dapat larut. Hidroksipatit memberi kekuatan dan kekakuan pada tulang. Fosfor di dalam tulang berada dalam perbandingan 1:2 dengan kalsium. Fosfor selebihnya terdapat di dalam semua sel tubuh, separuhnya di dalam otot dan di dalam cairan ekstraseluler (Muchtadi, 2008).
Uji kalsium. Percobaan kali ini setelah filtrat ditambahkan beberapa tetes larutan kalium oksalat, larutan yang awalnya berwarna kuning berubah menjadi kuning keruh. Perubahan menjadi keruh ini menunjukkan bahwa dalam larutan tersebut terdapat endapan, hal ini terjadi karena filtrat + kalium oksalat è Ca-oksalat + KCl. Reaksi tersebut terjadi karena ion Ca memiliki muatan positif (+2) lebih tinggi dibandingkan ion K (+1). Menurut Bastiansyah (2008), sedikit banyaknya kalsium dalam darah dapat dilihat dari tingkat kekeruhan larutan setelah ditetesi kalium oksalat. Tingkat kekeruhan tinggi maka menunjukkan kalsium dalam darah banyak, demikian juga sebaliknya. Endapan yang terbentuk tersebut merupakan endapan kalsium oksalat yang merupakan hasil reaksi dari kalium oksalat dengan kalsium yang terdapat dalam darah. Menurut Mustafa et al. (2011), kondisi kadar kalsium darah yang optimum akan menunjang deposisi kalsium ke dalam tulang, sebaliknya, turunnya kadar ion kalsium plasma di bawah batas normal akan memacu kelenjar paratiroid untuk meningkatkan sekresi hormon paratiroid. Hormon paratiroid memulihkan konsentrasi kalsium cairan ekstrasel menjadi normal dengan bekerja langsung pada tulang dan ginjal, dan bekerja tidak langsung pada mukosa usus melalui perangsangan sistem kalsitriol.
Uji glukosa. Percobaan ini, setelah filtrat ditambahkan gliserol, serbuk Na2CO3 bebas air dan larutan CuSO4 2,5% larutan berubah menjadi berwarna merah muda keunguan. Penambahan larutan CuSO4 2,5% yang nantinya akan direduksi oleh gluksa menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Fungsi dari penambahan gliserol selain sebagai pemecah lemak juga untuk menaikkan titik didih karena gliserol merupakan senyawa non polar sehingga memiliki titik didih tinggi. Larutan tersebut dididihkan selama beberapa menit hingga warna dari larutan tersebut berubah menjadi kecoklatan dan ada endapan putih di dasar. Hal ini membuktikan bahwa dalam filtrat tersebut mengandung glukosa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan glukosa darah adalah kandungan serat dalam makanan, proses pencernaan, cara pemasakannya, ada atau tidaknya zat anti terhadap penyerapan makanan sebagai zat anti nutrien, perbedaan interprandial, waktu makan dengan lambat atau cepat, pengaruhnya intoleransi glukosa dan pekat tidaknya makanan (Witasari et al., 2009).
Pigmen Darah
Uji benzidin. Percobaan kali ini, 1 ml darah diencerkan dengan 4 ml aquades, kemudian dari pengenceran tersebut diambil 1 ml. Setelah itu ditambahkan 1,5 ml benzidin dan 0,5 ml H2O2 3 % maka terjadi perubahan warna dari coklat menjadi biru tua. Warna biru tua terbentuk karena adanya Hb dalam darah yang mendekomposisi H2O2 menjadi 2H2O dan O2. O2 yang bebas akan mengoksidasi benzidin menjadi derivatnya yang berwarna biru (benzidin blue), dalam hal ini bisa dikatakan bahwa O2 bertindak sebagai oksidator dan benzidin bertindak sebagai reduktor. Dikutip oleh Munawaroh (2009) cit. Junquera (1997), hemoglobin (Hb) merupakan salah satu komponen penyusun darah dan merupakan suatu derivat porfirin yang mengandung besi serta berfungsi dalam hal pengikatan dan pengangkutan O2. Hb berfungsi membawa CO2 dari jaringan tubuh, dengan aktifitas ini, maka Hb juga membantu terciptanya keseimbangan asam basa dalam darah.
Kesimpulan
Protein yang terdapat di dalam plasma darah adalah fibrinogen, albumin dan gobulin. Protein fibrinogen berperan dalam proses pembentukan darah, sedangkan protein albumin dan globulin berfungsi sebagai penentu besarnya tekanan osmosis. Zat bukan protein yang terdapat dalam serum darah adalah klorida, fosfat, kalsium dan glukosa. Pigmen yang terdapat dalam darah adalah piqmen merah eritrosit yaitu protein terkonjugasi hemoglobin yang dapat mengikat oksigen dalam darah.
Daftar Pustaka
Bastiansyah, Eko. 2008. Panduan Lengkap Membaca Hasil Tes Kesehatan. Penebar Plus. Jakarta.
Bloom, and Fawcatt. 2002. Buku Ajar Histologi Edisi 32. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Campbell, N.A., J.B. Reece., M.R. Taylor., and E.J. Simon. 2006. Biology. Concepts and Connection, Fifth Edition. Pearson Education, Inc. Benjamin Cummins, San Fransisco.
Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta.
Hilman, R.S., Ault K.A., and Rinder H.M. 2005. Hematology in Clinical Practice 4th ed. The Washington Manual Hematology. New York.
Junquera, L Carlos. 1997. Histologi Dasar. Buku kedokteran EGC. Jakarta.
Muchtadi, Deddy. 2008. Pengantar Ilmu Gizi. Alfabeta. Bandung.
Munawaroh, Siti. 2009. Pengaruh Ekstrak Kelopak Rosela (Hibiscus sabdariffa) Terhadap Peningkatan Jumlah Eritrosit Dan Kadar Hemoglobin (Hb) Dalam Darah Tikus Putih (Rattus nurvegicus) Anemia. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Mustafa, S., Nurhidayat., K. Sigit., B.P. Priosoeryanto., W. Manalu. 2011. Kualitas Tulang Tikus Betina Normal Yang Diberi Ekstrak Sipatah-patah Pada Masa Pertumbuhan. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Darussalam Banda Aceh.
Pearce C.E. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedic. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Witasari, Ucik., S. Rahmawaty., S. Zulaekah. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan Karbohidrat Dan Serat Dengan Pengendalian Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Fakultas Ilmu Kesehatan Univeritas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Anak esq ya kak 🙂
esq apaan ya? 😀