Laporan Praktikum Biokimia Ternak Acara Filtrasi Ginjal
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TERNAK
ACARA IV
FILTRASI GINJAL
Disusun oleh :
Kelompok XXVIII
Maya Kurnia Kusuma PT/06438
Amelia Rahmawati Santoso PT/06483
Nurus Sobah PT/06587
Nino Sugiyanto PT/06602
Santa Astria Simbolon PT/06613
Asisten : Qorina
LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI
BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
ACARA IV
FILTRASI GINJAL
Tujuan Praktikum
Praktikum filtrasi ginjal bertujuan untuk menetapkan kadar kreatinin urin.
Tinjauan Pustaka
Ginjal merupakan organ ekskresi yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Umumnya, terdapat sepasang ginjal yang terletak dibelakang perut, atau abdomen (Sloane, 1995)
Komponen ginjal menyaring darah dinilai dengan perhitungan. Laju Filtrasi Ginjal (LFG) atau juga dikenal sebagai Glomerular Filtration Rate (GFR). Bilai nilai LFG-nya 90, fungsi ginjal masih dikategorikan 90% baik, dianggap masuk dalam kriteria kondisi normal. Kemampuan fungsi ginjal tersebut dihitung dari kadar kreatinin dan kadar nitrogen urea (Blood Urea Nitrogen / BUN) di dalam darah. Bila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin di dalam darah akan meningkat. Kadar kreatinin normal dalam plasma darah adalah 0,6 sampai 1,2 mg/dL (Alam dan Iwan, 2007).
Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi. Konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal (Corwin, 2001). Kreatinin merupakan limbah kimia molekul yang dihasilkan dari metabolisme otot. Kreatinin disintesis di hati dari metionin, glisis, dan arginin, dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dalam bentuk kreatinin fosfat (Pambela, 1998). Kreatinin berkolerasi positif dengan protein tubuh, sehingga jumlah kreatinin yang keluar semakin banyak menunjukkan jumlah protein tubuhnya semakin besar pula. Oleh karena itu, kreatinin yang dikeluarkan lewat urin dapat digunakan untuk menduga kandungan protein tubuh tanpa terlebih dahulu memotong trernak (Rahmawati et.al., 2009).
Hasil buangan kreatinin pada hewan normal adalah kreatinin yang sangat bergantung pada filtrasi glomerulus. Ekskresi kreatinin dalam urin pada individu sehat sedikit bervariasi dari hari ke hari. Besarnya ekskresi kreatinin melalui urin dianggap menggambarkan masa otot aktif total dan pemeriksaan kreatinin urin digunakan sebagai pemeriksaan sangat kasar akan ketepatan pengumpulan contoh urin 24 jam (Yanuar et al., 2010).
Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin (Brooker, 2008).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum filtrasi ginjal adalah tabung reaksi, labu takar, pipet pump, pump, spektrofotometer, mikro pipet, kuvet, dan sentrifuge.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum filtrasi ginjal adalah kreatinin murni, HCl 0,1N, asam prikrat jenuh, dan NaOH 10%.
Metode
Penetapan kadar kreatinin urin. Sampel urin/blanko 0,025 ml ditambahkan dengan 1 ml asam pikrat jenuh dan 0,075 ml NaOH 10%. Diamkan larutan selama 10 menit pada tabung reaksi. Ditambahkan 3,9 ml aquades dan dihomogenkan menggunakan vortex. Dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm.
Perhitungan :
Y = 0,0258 + 0,3295X
Keterangan : Y = absorbansi sampel
X = kadar kreatinin urin (mg/ml)
Hasil dan Pembahasan
Penetapan kadar kreatinin
Kreatinin merupakan limbah kimia molekul yang dihasilkan dari metabolisme otot. Kreatinin disintesis di hati dari metionin, glisis, dan arginin, dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dalam bentuk kreatinin fosfat (Pambela, 1998). Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin (Brooker, 2008).
Percobaan uji kreatinin ditambahkan asam pikrat jenuh yang berfungsi untuk mengikat kreatinin yang terdapat pada urin, sedangkan NaOH berfungsi untuk membebaskan N pada amonia dengan cara berikatan dengan NaOH yang dapat direaksikan dengan asam. Menurut Lehningher (2000), fungsi NaOH pada uji kreatinin untuk membebaskan amonia dan asam pikrat untuk mengikat kreatinin.
Tabel 1. Kadar kreatinin dalam urin hasil praktikum
Kelompok | Absorbansi | Kadar Kreatinin (mg/ml) |
22 | 0,076 | 0,152 |
23 | 0,564 | 1,633 |
24 | 0,133 | 0,325 |
25 | 0,505 | 1,454 |
26 | 0,098 | 0,219 |
27 | 0,526 | 1,518 |
28 | 0,094 | 0,222 |
29 | 0,468 | 1,342 |
Berdasarkan praktikum uji kadar kreatinin urin yang menggunakan urin sapi PFH pada kelompok 28 kadar kreatinin yang diperoleh yaitu sebesar 0,222 mg/ml, sedangkan pada kelompok 23 menggunakan urin sapi PO dan menghasilkan kadar kreatinin 1,633 mg/ml. Menurut Kaneko (1999), kadar kreatinin dalam urin PFH adalah 0,2 sampai 0,7 mg/ml dan plasma 1 mg/ml sedangkan (Dewi et al., 2010), kadar kreatinin sapi PO adalah 5,57 mg/ekor/hari dengan rata-rata pengeluaran urin 3,97 liter/hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa kadar kreatinin pada sapi PFH dan sapi PO dalm kondisi normal. Menurut Wientarsih et al. (2012), faktor yang dapat mempenaruhi kadar kreatinin adalah jenis kelamin, kondisi kelaparan, dan ukuran jaringan otot.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar kreatinin sapi PFH 0,222 mg/ml dan sapi PO adalah 1,633 mg/ml. Kada kreatinin pada sapi PFH dan sapi PO masih dalam kondisi normal. Faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam urin adalah jenis kelamin, kondisi kelaparan, dan jaringan otot.
Daftar Pustaka
Alam, Syamsir dan Iwan H. 2007. Gagal Ginjal. PT Gramedia. Jakarta.
Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patfisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Dewi, Fitri Farita., E. Rianto, A. Purnomoadi. 2010. Pengarh Kandungan Ampas Teh Dalam Konsentrat Terhadap Ekskresi Kreatinin Pada Sapi Peranakan Ongole (PO). Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
Kaneko, J.J. 1999. Clinical Biochemistry Of Domestic Animal. Academic Press Inc. San Diego.
Lehninger, A. L. 2000. Dasar-dasar Biokimia Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Pambela, E.S. 1998. Creatinine And The Kidney. Kanisius. Yogyakarta.
Rahmawati, K.S., E. Rianto., S. Mawarti., A. Purnomoadi. 2009. Keluaran Kreatinin Lewat Urin Dan Hubungannya Dengan Protein Tubuh Pada Domba Pada Berbagai Imbangan Protein – Energi. Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang.
Sloane, Ethel. 1995. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Yanuar, Tegar E. 2010. Kadar Urea Nitrogen Urin Dan Kreatinin Urin Pada Banteng (Bos javanicus) Di Kebun Binatang Surabaya. Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR. Surabaya.
Lampiran
Perhitungan :
Sapi PFH
Y = 0,0258 + 0,3295X
0,099 = 0,0258 + 0,3295X
0,099 – 0,0258 = 0,03295X
0,0732 = 0,03295X
X =
X = 0,222 mg/ml
Sapi PO
Y = 0,0258 + 0,3295X
0,564 = 0,0258 + 0,3295X
0,564 – 0,0258 = 0,3295X
0,5382 = 0,3295X
X =
X = 1,633 mg/ml